- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
Casual & Indie Games, Kategori GameCasual & Indie Games, Kategori Game - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
3
Coffee Talk Episode 2: Hibiscus and Butterfly merupakan lanjutan dari game visual novel yang dikembangkan oleh Toge Productions, studio asal Indonesia. Mengambil latar di versi fiksi kota Seattle yang dihuni oleh manusia dan makhluk-makhluk fantasi seperti elf, succubus, orc, dan lainnya, game ini mengusung gameplay santai sebagai barista malam hari. Pemain kembali menjalankan kedai kopi yang menjadi tempat beristirahat sekaligus berbagi cerita, dengan tambahan karakter dan minuman baru dalam sekuel yang penuh kehangatan dan refleksi.
Dunia Fantasi yang Dekat dengan Realita
Coffee Talk bukan hanya soal menyajikan minuman, tapi juga merangkul cerita-cerita kehidupan yang bisa sangat personal, emosional, dan relevan bagi banyak orang.
1. Latar Kota Seattle Versi Alternatif
Versi fiksi dari Seattle yang ditampilkan tetap mempertahankan nuansa malam, hujan, dan lampu neon yang menenangkan. Dunia ini penuh dengan makhluk fantasi, namun mereka menjalani hidup layaknya manusia biasa: bekerja, mencintai, kecewa, dan berharap.
2. Narasi Penuh Empati dan Isu Sosial
Cerita dalam game banyak mengangkat tema sosial seperti kesenjangan, diskriminasi, kecemasan, serta pentingnya komunikasi. Semua disampaikan melalui dialog yang ditulis dengan penuh rasa dan tidak menggurui.
3. Karakter Baru dan Lama yang Terhubung
Episode 2 memperkenalkan karakter-karakter baru seperti Riona si banshee dan Lucas si influencer satyr, namun juga menghadirkan kembali tokoh lama seperti Freya, Hyde, dan Lua. Interaksi antar karakter terasa organik dan berkembang seiring waktu.
Gameplay Sederhana, Namun Penuh Makna
Sebagai game visual novel, Coffee Talk tidak mengandalkan aksi cepat, tapi justru menghadirkan pengalaman bermain yang lambat dan menenangkan.
1. Menyajikan Minuman Berdasarkan Kombinasi
Pemain harus meracik minuman sesuai pesanan atau suasana hati pelanggan. Dengan bahan dasar seperti teh, kopi, susu, dan tambahan seperti jahe, kayu manis, hingga bunga hibiscus dan butterfly pea, minuman menjadi media utama untuk membangun cerita.
2. Dialog Interaktif dan Percakapan yang Jujur
Meskipun dialog di game ini linier, pemain tetap memiliki beberapa pilihan interaksi dan dampak dari minuman yang disajikan. Ini membuat pemain merasa terlibat dan membentuk hubungan personal dengan pelanggan tetap.
3. Soundtrack Lofi yang Menenangkan
Musik latar bergaya lofi jazz menjadi elemen penting. Track seperti “Calming Drizzle” dan “Moonlight Jive” tidak hanya memperkuat atmosfer, tapi juga membuat pemain betah berlama-lama menikmati cerita.
Pembaruan di Episode 2 yang Menyegarkan
Sekuel ini bukan hanya tambal sulam, tetapi benar-benar menambah kedalaman dan variasi dari versi pertamanya.
1. Lebih Banyak Bahan dan Resep Minuman
Dengan tambahan bahan seperti hibiscus dan butterfly pea, pemain bisa mengeksplorasi lebih banyak kombinasi rasa dan warna. Setiap minuman memiliki tampilan dan deskripsi unik, membuat proses meracik semakin seru.
2. Cerita Harian dan Kalender Interaktif
Episode 2 memperkenalkan sistem kalender yang mencatat kejadian harian dan percakapan pelanggan. Ini membantu pemain memahami perkembangan cerita dan mengingat interaksi penting.
3. Visual yang Lebih Polished dan Mode Baru
Visual 2D pixel art yang khas kini terlihat lebih halus, dengan animasi kecil yang menambah kesan hidup. Tersedia juga mode “Endless” bagi yang ingin terus menyajikan minuman tanpa tekanan cerita.
Kesimpulan
Coffee Talk Episode 2: Hibiscus and Butterfly adalah lanjutan yang manis, puitis, dan menenangkan dari game visual novel yang mengajak pemain untuk merenung, mendengarkan, dan memahami. Tidak ada pertarungan atau teka-teki rumit, hanya obrolan malam, suara hujan, dan secangkir teh hangat. Ini adalah pengalaman yang cocok untuk siapa saja yang sedang butuh pelarian dari hiruk-pikuk dunia nyata. Versi Episode 2 membawa lebih banyak rasa, cerita, dan hati—layaknya minuman baru yang menyentuh jiwa.